Banyak orang mengira
bahwa rapat adalah kegiatan membosankan yang isinya tidak lebih dari
melaporkan apa yang kita kerjakan dan mendengarkan cerita atasan soal
apa yang dia ketahui. Sebab itu, banyak juga orang yang tidak
memperhatikan dengan baik jalannya rapat, sehingga rapat tersebut tidak
efektif. Kita harus mengikuti jalannya rapat dengan baik, dan sebisa
mungkin tidak melakukan hal-hal berikut ini :
1. Datang telat
Kalau rapat akan dimulai pukul 9 pagi dan lokasi kita cukup jauh dari
tempat akan diadakannya rapat, maka kita harus berangkat seawal mungkin
agar tidak terlambat. Datang terlambat sudah menunjukkan bahwa kita
kurang peduli pada meeting tersebut.
2. Pergi duluan
Jika memang tidak bisa menghadiri rapat sepenuhnya, sebaiknya sejak
awal kita sudah memberitahukan ini kepada seluruh peserta rapat,
terutama pimpinan rapat. Kita juga harus duduk di dekat pintu, sehingga
nanti ketika kita hendak keluar ruangan, tidak akan mengganggu peserta
lainnya. Misalnya rapat diadakan selama 4 jam, lalu kita hanya bisa
mengikutinya selama 1 jam, lebih baik kita tidak mengikuti rapat
tersebut. Sebagai gantinya, kita harus mendelegasikan orang lain untuk
menggantikan keberadaan kita dan memintanya menyampaikan hasil rapat itu
nanti.
3. Melakukan hal lain
Jika
memang ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan, sebaiknya kita tidak
usah mengikuti rapat ini sekalian. Jika ini adalah rapat kita dengan
klien, seharusnya dari awal kita membuat jadwal sesuai kesibukan. Rapat
sambil membalas email, mengirim SMS atau memikirkan tugas lainnya akan
membuat kegiatan ini menjadi tidak efektif.
4. Bertelepon
Entah itu kita yang menelepon atau menerima telepon, yang jelas
melakukan kegiatan ini selama meeting adalah sebuah kesalahan. Kecuali
jika kita menelepon seseorang yang memang berkaitan dengan topik dalam
rapat ini, dan sudah disetujui oleh peserta rapat bahwa kita harus
mengonfirmasi sesuatu saat itu juga.
5. Datang tanpa persiapan
Meskipun itu hanya sebuah notebook, pulpen dan pensil, kita tetap harus
mempersiapkan diri untuk mengikuti rapat. Apalagi jika kita berperan
sebagai notulis atau orang yang akan melakukan presentasi, jangan sampai
kita hadir tanpa persiapan apapun.
6. Bersikap tidak baik
Yang dimaksud sikap tidak baik mislanya: bolak-balik ke toilet,
mengobrol dengan peserta lain tentang hal yang tidak berkaitan dengan
rapat, bersandar di kursi, mengayun-ayun kursi dan mengeluarkan bunyi,
mengetuk-ngetukkan pensil atau pulpen dan menunjukkn wajah bosan.
7. Ragu-ragu
Ragu-ragu di sini misalnya tidak menjawab ketika ditanya pimpinan rapat
karena takut salah, tidak angkat tangan saat voting, dan tidak berani
mengungkapkan pendapat. Hal ini bisa membuat rapat berjalan tidak
lancar. Karenanya, kita harus bersikap tegas dalam berpendapat.
8. Memonopoli isi rapat
Kita harus memberikan kesempatan bagi peserta rapat lain untuk
menyampaikan pendapatnya, sehingga diperoleh sudut pandang yang lebih
banyak dan solusi yang beragam. Sikap ini juga akan membuat peserta lain
merasa dihargai.
9. Menyimpang dari agenda
Jika ada hal lain yang ingin kita sampaikan tapi tidak berhubungan
dengan agenda hari ini, sebaiknya kita simpan untuk rapat berikutnya,
atau kita usulkan rapat lain. Saat rapat, kita harus mengikuti agenda
yang ada dan fokus menyelesaikan masalah pada agenda saat itu.
10. Diam saja
Rapat sejatinya merupakan kegiatan diskusi. Jadi, ketika ditanya
tentang pendapat, kita harus mengutarakan apa pendapat kita. Sikap diam
hanya akan membuat masalah berlarut-larut.
Sebagai peserta rapat yang baik, jangan lakukan hal di atas ya. Selamat rapat!
Pola
Pikir yang Menghambat Kesuksesan Bisnis
Ada banyak faktor yang memengaruhi kesuksesan seseorang dalam
berbisnis. Kerja keras, kreativitas, ketersediaan modal, adanya relasi,
pengetahuan, kesempatan, fasilitas, kemudahan birokrasi, dan dukungan
orang-orang di sekitar sering dianggap sebagai faktor penting yang
menentukan keberhasilan kita dalam meraih sukses.
Tapi, di
balik semua itu, ternyata masih ada satu lagi faktor penentunya, yakni
pola pikir. Mindset yang telah terbentuk dalam pikiran kita, itulah yang
sangat memengaruhi keberhasilan. Hanya orang-orang dengan pola pikir
yang tepat dan cermat lah yang bisa membangun karir dan mencapai
kesuksesan. Tapi, ada juga mereka yang terlanjur memiliki mindset
sedemikian rupa, sehingga menghambat jalan suksesnya. Seperti sejumlah
pola pikir berikut ini, yang secara tidak kita sadari bisa menjadi
penghalang utama menuju sukses.
1. “Saya tidak bisa.”
Image Credit By Angga_lim
Tidak
ada seorang pun yang langsung menjadi pakar dalam suatu hal. Selalu ada
proses belajar, dari tidak tahu menjadi tahu, tidak bisa menjadi bisa.
Sering sekali kita merasa minder dengan orang-orang yang sudah lebih
ahli. Padahal kita pun bisa seperti mereka, bahkan dengan ciri khas dan
kemampuan khusus yang hanya kita miliki.
Diperlukan
kesabaran dan kegigihan untuk belajar. Yang jelas, selama kita yakin
dan mau belajar, maka kita pun akan menjadi ahlinya.
|
2. “Banyaknya pesaing mematikan usahaku.”
|
Image Credit By kenta_liu
Salah satu hal yang
mutlak dan pasti akan kita temui dalam membangun karir adalah adanya
persaingan. Ketika muncul banyak pesaing, kita lalu merasa berkecil
hati. Apalagi jika pesaing menawarkan dengan harga murah. Itu kalau kita
menilai persaingan sebagai hambatan. Padahal, persaingan bisa dibuat
jadi lebih menguntungkan.
Misalnya dalam bisnis fotografi. Saat
muncul banyaknya pesaing, ini menandakan besarnya minat masyarakat pada
bisnis ini. Sementara, fotografi bukanlah hal yang mudah dipelajari.
Nah, mengapa tidak melanjutkan bisnis dengan membuka kursus fotografi
saja? Toh kita sudah cukup profesional dan ahli. Peserta magang pun bisa
kita manfaatkan sebagai tenaga kerja murah untuk membantu selama sesi
pemotretan.
3. “Saya tidak punya relasi.”
|
 Relasi adalah hal yang
sangat penting dalam membangun bisnis. Dengan adanya relasi, kita bisa
mengembangkan bisnis dengan lebih mudah. Banyaknya koneksi akan membantu
kita terhubung dengan orang-orang yang kita butuhkan. Tetapi, banyak
juga yang merasa tidak punya koneksi yang memadai. Hanya ada keluarga,
teman kuliah, dan tetangga.
Pemikiran ini perlu diubah.
Pertama, bagaimanapun kondisinya, semua relasi sama-sama berharga.
Seorang ibu rumah tangga biasa bisa saja menjadi sarana promosi atau
pelanggan. Kedua, ada-tidaknya relasi itu bisa diciptakan. Rajin mencari
informasi dari berbagai media, mengomentari situs-situs yang berkaitan,
eksis di social media dan rajin mendatangi event adalah beberapa cara
untuk mendapatkan relasi.
4. “Semua bisnis pasti butuh modal dana.”
|
Image Credit By Bimokusumo
Kata siapa? Banyak
sekali pebisnis yang mengawali usahanya dengan modal uang sedikit atau
bahkan tidak ada sama sekali. Ketika Rina Gunawan pertama kali menjadi
wedding organizer, dia hanya mengandalkan kemampuannya mengelola acara.
Dana ia dapatkan dari meminjam. Ada seorang anak dari AS yang senang
bermain game, lalu membuat review-nya di Youtube. Kini ia meraup banyak
uang. Tanpa modal apapun selain hobi nge-game dan internet. Contoh
lainnya banyak terdapat di sekitar kita, misalnya para pemilik toko
online dengan sistem dropship.
5. “Tapi saya adalah orang yang ....”
|
Image Credit By febrynahalim

Salah satu benturan
lainnya adalah karakter. Kita sering menilai diri sebagai orang yang
tidak bisa bergaul, orang yang tertutup, tidak bisa menawar, tidak bisa
menyuruh orang lain, dan masih banyak lagi. Untuk mengatasinya,
bayangkan apa yang bisa kita peroleh dari bisnis ini. Hal ini akan
memotivasi kita untuk berpikir apa yang harus dilakukan, bukan apa yang
tidak bisa dilakukan.
Mudah-tidaknya suatu bisnis itu tergantung pada pola pikir. Terlebih
lagi pada optimisme. Jika kita yakin kita bisa, maka kita akan selalu
menemukan jalan untuk mewujudkannya.
Membentuk Leader Baru
"Leaders don't create followers, they create more leaders"
- Tom Peters -
Quotes di atas memang benar. Seorang leader bukan membentuk seorang
pengikut tapi membentuk seorang leader baru yang mandiri dan bisa
memimpin teamnya sendiri. Oleh karenanya sebagai seorang leader, ia
harus mampu menduplikasikan atau membagikan hal-hal positif kepada
teamnya. Hal-hal yang perlu diduplikasikan mencakup 4 hal, diantaranya :
- Building understanding & conviction (of the why) :
Ini bicara soal visi secara reguler dibahas bersama team untuk
memastikan mereka paham dan yakin. Karena visi adalah kompas dalam
sebuah organisasi.
- Fostering formal mechanism (SOP, prosedur, system) : Untuk membantu pemahaman dan keyakinan berjalan konsisten.
- Developing strength / talent : Melakukan pengembangan atau pelatihan team. Di sinilah mentoring system berperan.
- Role modelling : Memberikan contoh melalui perilaku, bukan sekedar perintah atau tugas saja.
Ke-4 tahapan proses ini ketika diduplikasikan ke bawah / team akan
menjadi culture model bagi pemimpin yang baru untuk melakukan hal yang
sama tetapi dengan gayanya sendiri.
Untuk membentuk leader baru
perlu adanya grooming process yang dilakukan melalui mentoring.
Grooming process ini untuk mencegah adanya leader baru yang tidak mau
belajar lagi dengan leader lama dan merasa dirinya paling benar. Dalam
prakteknya ada 2 tahapan proses yang harus dilalui sebelum seseorang
menjadi leader baru, yaitu :
- Perencanaan kapan leader baru harus melewati tahap demi tahap prosesnya.
- Pendampingan untuk transfer knowledge dan transfer experience atau pengalaman real dari mentor terhadap leader baru.
Fase pertumbuhan seseorang menjadi leader itu ada 3 tahapan, yaitu :
- Dependen :
Masih bergantung pada pemimpinnya. Berarti perlu banyak mentoring dan
self motivation untuk berpindah dari setiap level ke level yg lebih
tinggi. Selain itu juga dicek kembali grooming process stepnya.
- Independen : Siap dan bisa untuk memimpin sendiri.
- Interdependen :
Tahap di mana leader baru ada di level yang sejajar degan leader
lamanya dan bahkan bisa membangun sinergi bersama-sama (partner up).
|
"Before you are a leader, success is all about growing yourself. When you become a leader, success is all about growing others."
- Jack Welch -
|
Seorang leader baru biasanya akan memiliki rasa hormat terhadap mentor
atau leader lamanya. Hormat semestinya atas dasar pemahaman dan
keyakinan terhadap mengapa dia menghormati figur tersebut. Karena tanpa
pemahaman dan keyakinan, sikap hormat tersebut menjadi kultus individu
atau fanatisme sempit. Kultus individu membuat kepemimpinan tidak bisa
maju dan mencetak pemimpin baru yang otentik.
Hormat sesungguhnya bukan melakukan apa saja yg diminta, tetapi
memahami dan meyakini kenapa dia harus melakukan itu. Memahami dan
menyakini berarti kesadaran kalau dia memang harus melakukan tugas
tersebut, dia mengerti tujuan besar kenapa dia harus melakukannya. Ini
membuat seseorang justru menghormati tanpa harus jadi "yes man" atau
"ABS: Asal Bapak Senang", tetapi menciptakan budaya di mana seseorang
berani memberikan pendapat dan feedback untuk pemimpinnya agar
pemimpinnya menjadi lebih level up.
Culture Leadership ini akan
sangat bagus bila diterapkan di perusahaan besar maupun kecil. Dimana
setiap orang bisa berkesempatan mengembangkan dirinya dan menunjukkan
kemampuanya dalam memimpin. Tapi pada kenyataannya banyak yang sulit
menerapkannya, dikarenakan hal-hal berikut ini :
-
Intimidating (marah, ancaman, dll) saat target tidak tercapai.
Diniliai lebih mudah dan cepat untuk mencapai tujuan. Pemimpin tidak mau
repot.
- Status quo. Banyak
leader yang mau mempertahankan status quo-nya. Di sini dia menggunakan
powernya untuk mempertahankan posisinya.
-
Lack of communication skills. Banyak pemimpin yang tidak menguasai
kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik sehingga cara marah dianggap
sebagai komunikasi yang efektif.
Mulailah menjadi leader untuk diri sendiri dan memegang prinsip
true leader
agar kita bisa menjadi mentor dalam menambah nilai orang lain dan
menjadikannya seorang true leader baru. Pastikan bahwa kita
menduplikasikan 4 hal yang telah disebutkan di awal dan jangan pernah
takut bila ada seorang leader baru. Karena dengan adanya leader baru
maka tugas kita akan sedikit berkurang dan terbantu.